Menggapai Cita di Taman Surga
Oleh:
Dian Febriana
Ketika sang
mentari pagi tersenyum dengan mega pesonanya, ku pandang gumpalan air embun di
ujung daun siap menetes. Kebahagian tidak tertahan memandang indahnya pedesaan
saat terbit bola lampu raksasa dengan sejuta gelombang cahaya yang memancar ke
tubuhku. Betapa menakjubkan pula bila sekolah kita juga demikian? Para siswa,
karyawan, pak kebun dan guru senang berangkat sekolah karena kelas dan sekolah
yang menyenangkan seperti hendak pulang kampung atau berwisata dengan keelokan
sekolahnya.
Sekolah ini akan
menjadi sekolah impian manusia, akan tetapi bagaimana bisa terwujud? Untuk
menciptakan sekolah yang menyenangkan tersebut, kita harus bercermin pada
kesuksesan pendidikan nabi Muhammad pada Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khatab,
Ustman bin Affan, Ali Bin abi Tholib, serta para sahabat dan ummatnya yang
setia menimba ilmu bersama Rosulullah SAW. Mereka sudah siap bergabung dengan
masyarakat untuk hidup layak dengan akhlakul karimah.
Tujuan pendidikan Rosulullah adalah membentuk manusia
seutuhnya (manusia sempurna). Manusia dengan kualifikasi demikian akan berjalan
secara serasi dan seimbang antara kondisi jasmani dan rohaninya, antara akhlak
dan akalnya, antara harkat kemanusiaan dan kemasyarakatannya. Sekolah menjadi taman
baru dan rumah kedua bagi anak-anak untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan
bermasyarakat di dunia.
Pendidikan Rasulullah SAW ditujukan untuk kepentingan
yang seimbang antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. Pandangan
pendidikan Rasulullah sejalan dengan konsep pendidikan modern yang ingin
memanusiakan manusia, agar menjadi manusia yang sempurna dalam segala aspeknya.
Bahkan dalam pendidikan Rasulullah menegaskan agar manusia yang telah memperoleh pendidikan
mampu mengembangkan potensi akal dan hati nuraninya untuk kepentingan
masyarakat. Keseimbangan ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Dan
carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri
akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari kenikmatan duniawi”. (QS.Al
Qashash : 77)
Pernah Rasulullah melihat
ada orang i’tikaf dalam masjid dan tidak keluar-keluar, Rasulullah lalu
bertanya pada orang tersebut “Siapakah yang membiayai hidupmu?”
Orang tersebut menjawab: “Yang
membiayai hidupku adalah saudaraku”
Nabi bersabda: “Sesungguhnya
saudaramu itu lebih baik dari pada kamu”
Dari dialog itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat
menitik beratkan pada keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kebahagiaan
materi dan rohani. Kita tidak boleh mengabaikan salah satu antara kehidupan
dunia dan akhirat.
Di era sekarang,
Gurulah yang memiliki peran sangat penting dalam roda pendidikan, walaupun kita
semua faham kedua orang tua lebih utama dalam pembentukan siswa. Karena orang
tua lebih lama bersama dengan mereka di rumah. Namun apakah semua orang tua
mengenal dengan parenting? Tentu tidak semua orang tua mengenalnya,
mereka lebih sibuk mempersiapkan pendidikan anak dari biaya sekolahnya dengan
sibuk pada pekerjaan masing-masing. Mereka
berangkat subuh dan pulang malam, hingga untuk antar dan jemput sekolah,
sudah di serahkan pada jasa ojek atau abang becak berlangganan.
Dalam falsafah
jawa, kita mengenal kata guru bermakna (digugu dan ditiru) ucapan-ucapan guru
akan didengar dan dilakukan, serta seorang guru tingkah lakunya menjadi
tauladan bagi pelajar. Jangan sampai guru hanya menyuruh siswanya bersih-bersih
kelas, sedangkan dia hanya duduk atau berdiri di depan pintu. Berjalan
lenggak-lenggok bak model menjajakan bajunya di hadapan mereka. Namun kebersatuan
antara guru dengan anak harus erat, tanpa jarak namun tetap saling santun dan
menghargai.
Hal ini
dilakukan guna menciptakan lingkungan yang surgawi, penuh dengan keramah
tamahan penghuninya. Pendidikan yang seperti ini pernah dilakukan oleh
rosulullah sebagai teladan, yang mana rosulullah mendidik sahabat dan umat
tidak hanya dengan ilmunya namun juga dengan tingkah laku yang baik.
Perlu kita
tekankan, Lingkungan yang baik bisa diciptakan oleh penghuninya, mulai dari
siswa, kepala sekolah, guru, karyawan, pak kebun, dan lain sebagainya. Karena
lingkungan yang mendukung akan memberikan suplemen dan energy positif untuk
siswa berkembang dengan alamiah dan sempurna. Pelajaran-pelajaran manusia hidup
akan ada di alam linkungan, sangat ironis jika guru mengajak menjaga kebersihan
akan tetapi tidak ada tempat sampah di depan kelas.
Lingkungan
surgawi bisa diciptakan di sekolah dengan segala keterbatasan pun, karena guru
memiliki kesempatan untuk memulai dan mereka juga memiliki kesempatan untuk
mengakhiri. Kehidupan surga yang tanpa amarah, walau ada tangis, namun bukan
tangisan anak yang dijahili temannya. Namun tangisan anak mungil yang terjatuh
karena tersandung batu, dan disampingnya ada teman yang menolongnya. Bukan guru
yang marah-marah karena bajunya terkena permen karet yang di letakkan siswa,
namun senyum mereka tulus mendidik siswa dengan kasih sayang.
Apabila kita sekarang ini memiliki impian untuk tumbuh
dan berkembangnya kondisi manusia yang memiliki kemuliaan jiwa, keluhuran budi
pekerti dan pemikiran yang cemerlang, tidak ada jalan lain kecuali mempelajari
aspek-aspek dan program pendidikan yang disusun oleh Rasulullah SAW. Pendidikan
yang dilakukan oleh Rasulullah telah terbukti mampu mengantarkan ummatnya
memiliki cakrawala pandangan yang luas. Keyakinan yang mantap, pemikiran yang
cemerlang, bijaksana dalam tindakan dan perilaku sosialnya sehingga pada
gilirannya mereka menjadi manusia yang memiliki derajat luhur dihadapan Allah dan manusia.
BIODATA
Dian Febriana,S.HI, dari nama sudah bisa di tebak bahwa “si manis
febri” lahir pada Februari 1988 tanggal 09 di Magetan. Dia waktu mengikuti
program bapak munif chatib dalam proses study S2 setengah,sekalian memperoleh gelar S3 (is
tri) hahaha, yang sebelumnya menempuh
Sarjana di IAIN Sunan Ampel, Surabaya dengan program PBSB (Program Beasiswa
Santri Berprestasi) Kemenag RI. Status barunya sebagai seorang istri menambah
rasa syukur karena telah melahap ilmu pendidikan dari bapak munif chatib. Satu-satunya
harapan setelah mengikuti program ini, semoga ilmu ini bermanfaat bagi
kehidupan manusia kini dan nanti. Selanjutnya dia juga bercita-cita mendirikan
rumah baca di daerahnya sebagai pusat referensi dan menambah pengetahuan khalayak.
Kita do’akan yuuuk!!!! Amiin.