Jumat, 21 November 2014

Menggapai Cita di Taman Surga



Menggapai Cita di Taman Surga
Oleh: Dian Febriana

Ketika sang mentari pagi tersenyum dengan mega pesonanya, ku pandang gumpalan air embun di ujung daun siap menetes. Kebahagian tidak tertahan memandang indahnya pedesaan saat terbit bola lampu raksasa dengan sejuta gelombang cahaya yang memancar ke tubuhku. Betapa menakjubkan pula bila sekolah kita juga demikian? Para siswa, karyawan, pak kebun dan guru senang berangkat sekolah karena kelas dan sekolah yang menyenangkan seperti hendak pulang kampung atau berwisata dengan keelokan sekolahnya.
Sekolah ini akan menjadi sekolah impian manusia, akan tetapi bagaimana bisa terwujud? Untuk menciptakan sekolah yang menyenangkan tersebut, kita harus bercermin pada kesuksesan pendidikan nabi Muhammad pada Abu Bakar Asshidiq, Umar bin Khatab, Ustman bin Affan, Ali Bin abi Tholib, serta para sahabat dan ummatnya yang setia menimba ilmu bersama Rosulullah SAW. Mereka sudah siap bergabung dengan masyarakat untuk hidup layak dengan akhlakul karimah.
            Tujuan pendidikan Rosulullah adalah membentuk manusia seutuhnya (manusia sempurna). Manusia dengan kualifikasi demikian akan berjalan secara serasi dan seimbang antara kondisi jasmani dan rohaninya, antara akhlak dan akalnya, antara harkat kemanusiaan dan kemasyarakatannya. Sekolah menjadi taman baru dan rumah kedua bagi anak-anak untuk mempersiapkan diri dalam kehidupan bermasyarakat di dunia.
            Pendidikan Rasulullah SAW ditujukan untuk kepentingan yang seimbang antara kepentingan duniawi dan kepentingan ukhrawi. Pandangan pendidikan Rasulullah sejalan dengan konsep pendidikan modern yang ingin memanusiakan manusia, agar menjadi manusia yang sempurna dalam segala aspeknya. Bahkan dalam pendidikan Rasulullah menegaskan  agar manusia yang telah memperoleh pendidikan mampu mengembangkan potensi akal dan hati nuraninya untuk kepentingan masyarakat. Keseimbangan ini sesuai dengan firman Allah yang artinya “Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu kebahagiaan negeri akhirat, dan janganlah kamu melupakan bahagiamu dari kenikmatan duniawi”. (QS.Al Qashash : 77)
Pernah Rasulullah melihat ada orang i’tikaf dalam masjid dan tidak keluar-keluar, Rasulullah lalu bertanya pada orang tersebut “Siapakah yang membiayai hidupmu?”
Orang tersebut menjawab: “Yang membiayai hidupku adalah saudaraku”
Nabi bersabda: “Sesungguhnya saudaramu itu lebih baik dari pada kamu”
            Dari dialog itu dapat disimpulkan bahwa pendidikan sangat menitik beratkan pada keseimbangan antara dunia dan akhirat, antara kebahagiaan materi dan rohani. Kita tidak boleh mengabaikan salah satu antara kehidupan dunia dan akhirat.
Di era sekarang, Gurulah yang memiliki peran sangat penting dalam roda pendidikan, walaupun kita semua faham kedua orang tua lebih utama dalam pembentukan siswa. Karena orang tua lebih lama bersama dengan mereka di rumah. Namun apakah semua orang tua mengenal dengan parenting? Tentu tidak semua orang tua mengenalnya, mereka lebih sibuk mempersiapkan pendidikan anak dari biaya sekolahnya dengan sibuk pada pekerjaan masing-masing. Mereka  berangkat subuh dan pulang malam, hingga untuk antar dan jemput sekolah, sudah di serahkan pada jasa ojek atau abang becak berlangganan.
Dalam falsafah jawa, kita mengenal kata guru bermakna (digugu dan ditiru) ucapan-ucapan guru akan didengar dan dilakukan, serta seorang guru tingkah lakunya menjadi tauladan bagi pelajar. Jangan sampai guru hanya menyuruh siswanya bersih-bersih kelas, sedangkan dia hanya duduk atau berdiri di depan pintu. Berjalan lenggak-lenggok bak model menjajakan bajunya di hadapan mereka. Namun kebersatuan antara guru dengan anak harus erat, tanpa jarak namun tetap saling santun dan menghargai.
Hal ini dilakukan guna menciptakan lingkungan yang surgawi, penuh dengan keramah tamahan penghuninya. Pendidikan yang seperti ini pernah dilakukan oleh rosulullah sebagai teladan, yang mana rosulullah mendidik sahabat dan umat tidak hanya dengan ilmunya namun juga dengan tingkah laku yang baik.
Perlu kita tekankan, Lingkungan yang baik bisa diciptakan oleh penghuninya, mulai dari siswa, kepala sekolah, guru, karyawan, pak kebun, dan lain sebagainya. Karena lingkungan yang mendukung akan memberikan suplemen dan energy positif untuk siswa berkembang dengan alamiah dan sempurna. Pelajaran-pelajaran manusia hidup akan ada di alam linkungan, sangat ironis jika guru mengajak menjaga kebersihan akan tetapi tidak ada tempat sampah di depan kelas.
Lingkungan surgawi bisa diciptakan di sekolah dengan segala keterbatasan pun, karena guru memiliki kesempatan untuk memulai dan mereka juga memiliki kesempatan untuk mengakhiri. Kehidupan surga yang tanpa amarah, walau ada tangis, namun bukan tangisan anak yang dijahili temannya. Namun tangisan anak mungil yang terjatuh karena tersandung batu, dan disampingnya ada teman yang menolongnya. Bukan guru yang marah-marah karena bajunya terkena permen karet yang di letakkan siswa, namun senyum mereka tulus mendidik siswa dengan kasih sayang.
            Apabila kita sekarang ini memiliki impian untuk tumbuh dan berkembangnya kondisi manusia yang memiliki kemuliaan jiwa, keluhuran budi pekerti dan pemikiran yang cemerlang, tidak ada jalan lain kecuali mempelajari aspek-aspek dan program pendidikan yang disusun oleh Rasulullah SAW. Pendidikan yang dilakukan oleh Rasulullah telah terbukti mampu mengantarkan ummatnya memiliki cakrawala pandangan yang luas. Keyakinan yang mantap, pemikiran yang cemerlang, bijaksana dalam tindakan dan perilaku sosialnya sehingga pada gilirannya mereka menjadi manusia yang memiliki derajat luhur dihadapan Allah dan manusia.


BIODATA


Dian Febriana,S.HI, dari nama sudah bisa di tebak bahwa “si manis febri” lahir pada Februari 1988 tanggal 09 di Magetan. Dia waktu mengikuti program bapak munif chatib dalam proses study S2  setengah,sekalian memperoleh gelar S3 (is tri)  hahaha, yang sebelumnya menempuh Sarjana di IAIN Sunan Ampel, Surabaya dengan program PBSB (Program Beasiswa Santri Berprestasi) Kemenag RI. Status barunya sebagai seorang istri menambah rasa syukur karena telah melahap ilmu pendidikan dari bapak munif chatib. Satu-satunya harapan setelah mengikuti program ini, semoga ilmu ini bermanfaat bagi kehidupan manusia kini dan nanti. Selanjutnya dia juga bercita-cita mendirikan rumah baca di daerahnya sebagai pusat referensi dan menambah pengetahuan khalayak. Kita do’akan yuuuk!!!! Amiin.